Senin, 27 September 2010

Kolesterol Tinggi Perburuk Penglihatan

Kolesterol Tinggi Perburuk Penglihatan
 










Alat pengukur kadar kolesterol
TEKANAN darah tinggi dan meningkatnya kadar kolesterol dalam darah ternyata tidak hanya berbahaya bagi jantung. Dua indikasi ini juga dapat mengancam kesehatan mata Anda.

Seperti dilaporkan sebuah riset yang dimuat Jurnal Archives of Opthalmology edisi Mei, dua kondisi ini dapat memicu risiko seseorang mengalami gangguan mata yang disebut oklusi atau penyumbatan pada pembuluh vena retina.  Kondisi ini yang bisa berujung pada kebutaan terjadi akibat satu atau beberapa pembuluh vena yang membawa darah dari mata ke jantung tersumbat atau mengalami penumpukan cairan.

Riset yang dilakukan di Irlandia itu mengindikasikan seseorang yang mengidap darah  tinggi berisiko 3,5 kali lipat mengalami penyumbatan oklusi ini dibanding mereka yang tensinya normal.  Sementara itu, orang yang memiliki kolesterol tinggi  tercatat mengalami peningkatan risiko hingga 2,5 kali lipat.

Temuan ini  merupakan hasil tinjauan terhadap 21 penelitian sebelumnya yang melibatkan total 2.916 pasien pengidap oklusi vena retina dan 28.646 orang yang tidak mengidapnya. Hasil analisis mengindikasikan pula, 63,6 persen pasien pengidap oklusi retina juga mengalami masalah tensi darah. Sedangkan pada mereka yang tidak mengalami problem mata, persentasenya 36,2 persen. Kadar kolesterol tinggi  mencapai dua kali lipat prosentasenya (35 persen) pada pengidap oklusi dibandingkan pasien yang tidak mengalaminya (16,7 persen).

Sementara itu bila dikaitkkan dengan penyakit diabetes, mereka yang mengidap oklusi juga persentasenya sedikit lebih besar ketimbang yang tidak mengalami diabeter yakni 14,6 berbanding 11,1 persen.

Awas Gejala Kanker Usus Besar

Awas Gejala Kanker Usus Besar!

Pamor kanker usus besar diperkirakan makin menanjak. Sekitar 15 persen dari kasus kanker baru adalah kanker jenis ini. Bahkan, kanker ini ditetapkan sebagai penyebab kematian nomor dua akibat kanker.

Menurut Dr. Aru Wisaksono Sudoyo dan dr. Fajar Firsyada dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI), deteksi dini adalah langkah penting berikutnya setelah pencegahan dalam mengatasi kanker usus besar. Jika seseorang menemukan gejala-gejala kanker usus besar, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan kolonskopi.

"Deteksi sedini mungkin itu sangat dianjurkan untuk mengetahuinya. Harapan hidup yang lebih panjang dipengaruhi oleh faktor kecepatan di langkah-langkah ini," ujar Dr. Aru dalam Patients Gathering II Indonesian Ostomy Association (InOA) dan YKI di Hotel Le Meridien, Sabtu (20/6).

Menurut Dr. Aru, sejumlah tanda dan gejalan kanker usus besar adalah adanya darah dalam kotoran, perubahan dalam pola defekasi, nyeri perut di sebelah bawah yang tidak hilang serta bentuk kotoran (feses) yang panjang dan seperti pensil.

Selain itu ambeien juga bisa menjadi tanda awal penderita kanker usus besar. "BAB berdarah memang tidak selalu identik dengan kanker namun jika terjadi melulu, maka perlu diwaspadai," tambah dr. Fajar.

Dr. Fajar mengatakan jika terjadi perubahan pola buang air besar (BAB) seperti sulit BAB dan menderita diare kronis, maka seseorang harus mulaisadar untuk pergi ke dokter. Apalagi, jika muncul gejala kanker pada umumnya, seperti lemah, berat badan turun, dan menderita anemia.

Salah satu penderita kanker usus besar, dr. Sugiharto (31), menegaskan hal yang sama. Pada akhir April tahun lalu, dirinya mendapati BAB-nya berdarah, ada lendir dan akhirnya dirinya tidak bisa BAB sama sekali.

"Awal Mei, saya melakukan kolonskopi, hasilnya memang positif kanker," tutur dr. Sugiharto.

Sementara itu, Sapto mengatakan gejala awal yang dialaminya sama seperti menderita ambeien. Untungnya setelah pindah-pindah tempat memeriksa, dokter terakhir yang memeriksanya curiga bahwa Sapto tidak menderita ambeien namun tanda kanker usus besar.